ISSN:
2302-8556
E-Jurnal
Akuntansi Universitas Udayana 10.3 (2015): 797-809
PENGARUH
PROFESIONALISME, ETIKA PROFESI,
INDEPENDENSI,
DAN MOTIVASI KERJA PADA KINERJA INTERNAL
AUDITOR
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui pengaruh profesionalisme, etika profesi, independensi, dan
motivasi kerja pada kinerja internal auditor pada Dealer Yamaha di Kota
Denpasar. Penelitian ini dilakukan karena adanya perbedaan kepentingan
kepemilikan dan manajemen perusahaan, maka
dari itu kinerja internal auditor perlu diperhatikan untuk memeriksa dan
mendeteksi kemungkinan dan resiko yang terjadi dengan melakukan audit secara
berkala dan mengungkap tiap temuan yang ada. Penelitian ini dilakukan di
seluruh dealer Yamaha di kota Denpasar yang terdapat pada wilayah kota Denpasar
meliputi Denpasar Utara, Denpasar Timur, Denpasar Barat dan Denpasar Selatan
tahun 2014 dengan menjadikan internal auditor sebanyak 36 orang sebagai sampel.
Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner. Penelitian ini menggunakan
teknik analisis regresi linear berganda. Dari hasil analisis, d.iketahui bahwa
profesionalisme, etika profesi, independensi dan motivasi kerja
berpengaruh positif pada kinerja auditor pada dealer Yamaha di kota Denpasar.
Variabel profesionalisme, etika profesi, independensi dan motivasi
kerja berkontribusi sebanyak 93,6 persen pada kinerja internal auditor.
Kata kunci: Profesionalisme, etika profesi, independensi,
motivasi kerja dan kinerja internal auditor
PENDAHULUAN
Pada era globalisasi saat ini
banyak sekali terjadi kasus-kasus hukum yang melibatkan manipulasi akuntansi.
Profesi auditor telah menjadi sorotan masyarakat dalam beberapa tahun terakhir
(Abu, 2013). Sa.at aud.itor men.jalankan profesi.nya,
audit.or
ak.an
diat.ur
se.suai
kod.e
etik.nya
yang dikena.l denga.n K.ode Et.ik Aku.ntan. Dian (2011) men. yatakan bah.wa m.asyarakat
m.ampu
meni.lai
au.ditor
yan.g
te.lah
bek.erja
se.suai
de.ngan
st.andar-s.tandar
e.tika
yan.g
te.lah
di.tetapkan
o.leh
p.rofesinya
mel.alui
ko.de
e.tik.
Deva Aprianti (2010) menyatakan
negara yang banyak terdapat perusahaan berbentuk perseroan terbatas yang
sifatnya terbuka, profesi auditor semakin dibutuhkan karena sangat besar
kemungkinan manajemen perusahaan terpisah dengan pemilikan perusahaan. Pemilik
perusahaan hanya sebagai penanam modal, untuk itu jasa dari para auditor yang
bekerja di suatu perusahaan sangatlah dibutuhkan guna menilai apakah laporan
keuangan suatu perusahaan sudah di sajikan secara wajar dan dapat dipertanggung
jawabkan (Danielle and Miguel, 2009).
Menjaga kepercayaan menjadi
kewajiban auditor dihadapan klien maupun pihak ketiga dengan senantiasa
meningkatkan keahlian profesionalnya (Mu’azu and Siti, 2013). Seiring dengan
meningkatnya kompetisi dan perubahan global, profesi auditor pada saat ini dan
masa mendatang bersiap untuk menghadapi tantangan yang semakin berat (Asri et al., 2014).
Kinerja auditor merupakan
kem.ampuan seo.rang audit.or dal.am
mengha.silkan
te.muan
dar.i
k.egiatan
pemeriksaan (Nasrullah et al, .2013).
Husam
et al, (2013) menyatakan untu.k
menunjang keberhasilan dalam menjalankan tugas dan fungsinya dengan baik,
sangatlah diperlukan kinerja auditor yang baik dan berkualitas. Kinerja kerap
digunakan untuk menunjukan prestasi individu maupun kelompok individu (Marion,
2009).
Shab (2013) menemukan bahwa
profesional dan etika profesi berpengaruh terhadap kinerja auditor. Dian (2011)
menyatakan tingkat materialitas dipengaruhi oleh tingkat pendidikan dan
motivasi kerja, secara tidak langsung tingkat materialitas merupakan proksi dan
kinerja auditor. Motivasi kerja merupakan sistem nilai yang diyakini oleh
anggota organisasi untuk mencapai tujuan organisasi. Motivasi kerja berkaitan
dengan sikap atau perilaku seseorang yang dalam hal ini adalah para auditor,
dan bisa dikatakan bahwa segi sumber daya manusia berpengaruh terhadap kinerja
auditor (Deva, 2010).
Profesionalisme yang meliputi
kemampuan penguasaan baik secara teknis, maupun secara teoritis bidang keilmuan
dan ketrampilan yang berhubungan dengan tugasnya, sebagai pemeriksa (Asri et al., 2014). Adanya keahlian dan
kemampuan dalam melaksanakan pemeriksaan akan dapat mengetahui kekeliruan serta
penyimpangan yang merupakan salah satu bagian kompetensi seorang auditor
(Febrianty, 2012).
Deva (2010) menyatakan
profesionalisme menjadi syarat utama bagi seseorang yang menjadi auditor
internal, sebab dengan profesionalisme yang tinggi, kebebasan auditor akan
semakin terjamin. Usaha-usaha yang dilakukan untuk mendukung profesionalisme
auditor yaitu dengan disusun dan disahkannya
Kode Etik Ikatan
Akuntan Indonesia oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). Kode Etik Ikatan Akuntan
Indonesia merupakan suatu aturan yang mengikat secara moral atau norma perilaku
yang mengatur hubungan antara akuntan dengan paraklien, akuntan dengan
sejawatnya dan antara profesi auditor dengan masyarakat (Abu, 2013).
Auditor yang menegakkan
independensinya, tidak akan terpengaruh dan tidak dipengaruhi oleh berbagai
kekuatan yang berasal dari luar diri auditor dalam mempertimbangkan fakta yang
dijumpainya dalam pemeriksaan. Satyo (2005: 17) menyatakan dal.am
menjalank.an profesi.nya seor.ang audit.or ha.rus
memerhat.ikan
d.an mema.tuhi
atu.ran
eti.ka
profes.i.
Handriyani dan Azhar (2011)
menyatakan motivasi adalah kekuatan yang mendorong sesorang pegawai yang
menimbulkan dan menggerakan perilaku. Motivasi adalah faktor pentin.g
dalam melaksanakan suatu pekerjaan. Perbed .aan motivasi membuat setiap
orang berperilaku dan bereaksi -berbeda pada suatu jenis pekerjaan. Disamping
itu tinggi rendahnya motivasi seseorang juga berpengaruh pada kinerja. Motivasi
merupakan suatu pembentukan perilaku yang ditandai bentuk-bentuk aktivitas atau
kegiatan melalui proses psikologis, baik yang dipengaruhi oleh faktor intrinsik
maupun ekstrinsik yang dapat mengarahkannya dalam mencapai apa yang
diinginkannya yaitu tujuan (Kamaliah et
al., 2009:143). Motiva.si a.kan membu.at seseora.ng u.ntuk
beke.rja
semak.simal
mun.gkin.
Oleh karena itu, motivasi kerja juga merupakan faktor penting dalam memprediksi
dan menilai kinerja auditor (Sulton, 2010).
Kota Denpasar dipilih sebagai
lokasi penelitian, mengingat dengan banyaknya penduduk kota Denpasar berdampak
pula pada perkembangan dunia otomotif khususnya kendaraan roda dua sekarang ini
mengalami kemajuan yang cukup pesat seiring tingginya tingkat kebutuhan
masyarakat akan keperluan transportasi yang menimbulkan persaingan yang semakin
ketat antara perusahaan yang satu dengan yang lainnya
Dealer Yamaha adalah suatu perusahaan yang berperan sebagai
perusahaan dagang sepeda motor resmi Yamaha yang menangani penjualan sepeda
motor, suku cadang, serta melayani jasa servis. Penelitian ini dilakukan karena adanya perbedaan kepentingan
kepemilikan dan manajemen perusahaan, maka
dari itu kinerja internal auditor perlu diperhatikan. Pada Dealer Yamaha, sistem penjualan sepeda motor dan
suku cadang pada perusahaan tersebut sudah terkomputerisasi, namun pada setiap
bagian operasional masih melibatkan beberapa jumlah staf dan belum dapat
menghasilkan laporan penjualan dan laporan servis secara cepat dan tepat. Maka
Internal audit digunakan untuk memeriksa dan mendeteksi kemungkinan dan risiko
yang terjadi, dengan melakukan audit secara berkala, mengumpulkan bukti-bukti
secara akurat, serta mereview hasil audit dan melakukan penilaian.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan pada
seluruh dealer Yamaha di kota Denpasar yang terdapat pada wilayah kota Denpasar
tahun 2014. Se.luruh internal auditor ya.ng ad.a p.ada
de.aler
Ya.maha
di kota Denpasar ak.an menjad.i popula.si d.alam p.enelitian
in.i.
Responden pada penelitian ini diambil dari keseluruhan populasi sebanyak 36
internal auditor Dealer Yamaha Di Kota Denpasar menggunakan metode sensus
(Riduwan dan Sunarto, 2007:17). Daftar nama dealer dan jumlah masing-masing
auditor internal bisa dilihat pada Tabel 1.
Tabel
1.
Daftar
Nama Dealer Yamaha dan Jumlah Internal Auditor
No
|
Nama Dealer
|
Alamat Dealer
|
Jumlah
Auditor
(Orang)
|
1.
|
SENTRAL YAMAHA
|
Jl. Teuku Umar 142
|
3
|
2.
|
UD. BISMA
|
Jl. Hasanudin 74
|
2
|
3.
|
BISMA MOTOR
|
Jl. Imam Bonjol No. 551
C-D
|
2
|
4.
|
BISMA MANDIRI
|
Jl. Marlboro/ Jl. Teuku
Umar Barat 100X
|
3
|
5.
|
UD. WAJA UTAMA AGUNG MOTOR
|
Jl. Gunung Agung 104/ 124
|
2
|
6.
|
MATARAM SAKTI / FSS
|
Jl. Diponegoro No. 57
|
2
|
7.
|
PT.KINTAMANI SEJAHTERA
|
Jl. Hangtuah No. 88 –
Sanur
|
2
|
8.
|
UD. PANGESTU MOTOR
|
Jl. Sesetan 58-60
|
1
|
9.
|
AGUNG MOTOR CENTER
|
Jl. Cokroaminoto 18
|
3
|
10.
|
PT BINTANG MUDA MANDIRI
|
Jl. Cokroaminoto 78
|
2
|
11
|
TRI TUNGGAL SEJAHTERA
|
Jl. Gatot Subroto 21 X
|
2
|
12
|
WAJA MOTOR
|
Jl. Ahmad yani 259
|
3
|
13
|
KINTAMANI MOTOR
|
Jl. Kartini 35
|
2
|
14
|
UD. NIAGA MOTOR
|
Jl. Patimura 8
|
1
|
15
|
WAJA MOTOR DENPASAR
|
Jl. Hayam Wuruk 72C
|
2
|
16
|
BISMA WR SUPRATMAN
|
Jl. WR. Supratman 76
|
2
|
17
|
BALI MANDIRI MOTOR
|
Jl. Gatot Subroto Timur
No. 32
|
2
|
Jumlah
|
36
|
Sumber: Data Primer
Diolah, 2014
Data dal.am peneliti.an
ini dikum.pulkan d.engan mengguna.kan kuesion.er.
Kuesioner dalam penelitian ini menggunakan skala Likert 4, hal ini dilakukan
untuk menghindari bias jawaban apabila menggunakan skala Likert 5 yang akan
memungkinkan responden untuk selalu memilih jawaban netral (Moeljono, 2002
dalam Antari , 2006).
Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah
regesi linear berganda. Sebelum dilakukan uji regresi linear berganda, terlebih
dahulu dilakukan uji instrumen untuk kuesioner yang digunakan. Uji instrumen
tersebut adalah uji validitas dan reliabilitas. Setelah dilakukannya uji
instrumen, maka dilanjutkan ke transformasi data menjadi data interval dan uji
asumsi klasik (uji normalitas, multikolinearitas, dan heteroskedastisitas).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil pengembalian dan kuesioner
yang layak digunakan pada penelitian ini bisa dilihat pada Tabel 2.
Tabel
2.
Rincian
Pengembalian Kuesioner
Keterangan
|
Jumlah
Kuesioner
|
Kuesioner yang dise .bar
|
36
|
Kuesioner yang tidak dikembalikan
|
0
|
Kuesioner yang dikembalikan
|
36
|
Kuesioner yang tidak masuk kriteria
|
0
|
Kuesioner yang digunakan
|
36
|
Tingkat
pengembalian yang digunakan
|
36/36 x 100% = 100%
|
Sumber: Data Primer Diolah, 2014 Hasil uji validitas
dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel
3.
Uji
Validitas
Variabel
|
Instrumen
|
Pearson Correlation
|
Kinerja Internal Auditor
|
Y1 - Y5
|
0,820 - 0,927
|
Profesionalisme
|
X1.1 - X1.6
|
0,781 - 0,890
|
Etika Profesi
|
X2.1 - X2.4
|
0,787 - 0,927
|
Independensi
|
X3.1 - X3.4
|
0,805 - 0,909
|
Motivasi Kerja
|
X4.1 - X4.4
|
0,792 - 0,912
|
Syarat
Valid
|
> 0,30
|
Sumber: Data Primer
Diolah, 2014
Dari Tabel 3 terlih.at
se.luruh
in.strumen
te.lah
me.menuhi
sy.arat
va.lid
ya.itu
ni.lai
Pe.arson Co.rellation
leb.ih
b.esar
d.ari
0,30 (Sugiyono, 2009: 178).
Hasil uji reliabilitas
dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel
4.
Uji
Reliabilitas
Variabel
|
Cronbach's Alpha
|
Kinerja Internal Auditor
|
0,921
|
Profesionalisme
|
0,919
|
Etika Profesi
|
0,873
|
Independensi
|
0,894
|
Motivasi Kerja
|
0,872
|
Syarat
Reliabel
|
> 0,60
|
Sumber: Data Primer Diolah, 2014
Dari Tabel 4 selur.uh
va.riabel
te.lah
mem.enuhi
sy.arat
lo.los
uj.i
re.liabilitas
ya.itu
le.bih
be.sar
dari 0,60. Hal ini menunjukan bahwa seluruh instrumen telah reliabel dan dapat
memberikan hasil yang konsisten (Ghozali, 2007: 42).
Hasil uji asumsi klasik
dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel
5.
Uji
Asumsi Klasik
Variabel
|
Uji Normalitas
|
Uji
Multikolinearitas
Tollerance
VIF
|
Uji
Heteroskedastisitas
|
|
Profesionalisme
Etika Profesi
Independensi
|
0,823
|
0,323 0,22
0,285
|
3,1
4,546
3,514
|
0,377
0,971
0,659
|
Motivasi Kerja
|
0,204
|
4,895
|
0,671
|
|
Syarat
Lolos Uji
|
> 0,05
|
> 0,1
|
< 10
|
> 0,05
|
Sumber: Data Primer
Diolah, 2014
Dari Tabel 5 dapat dilihat bahwa
seluruh uji asumsi klasik telah memenuhi persyaratan lolos uji. Hal ini berarti
bahwa data penelitian ini telah berdistribusi normal, bebas dari gejala
multikolinearitas, dan bebas dari heteroskedastisitas.
Hasil regresi linear
berganda bisa dilihat pada Tabel 6.
Tabel
6.
Regresi
Linear Berganda
Variabel
|
Beta
|
Sig.
|
|||
Profesionalisme
|
0,225
|
0,005
|
Constant
|
:
|
1,020
|
Etika Profesi
|
0,243
|
0,012
|
Sig. F
|
:
|
0,000
|
Independensi
|
0,382
|
0,000
|
Adjusted R Square
|
:
|
0,936
|
Motivasi Kerja
|
0,217
|
0,029
|
Sumber: Data Primer
Diolah, 2014
Pada Tabel 6 dapat dilihat bahwa
hasil signifikansi uji F memiliki nilai 0,000. Nilai ini lebih kecil dari 0,05
sehingga hasil ini menunjukan bahwa variabel profesionalisme, etika profesi,
independensi, dan motivasi kerja dapat memprediksi atau menjelaskan fenomena
kinerja internal auditor. Nilai Adjusted R2
pada Tabel 6 adalah 0,936, hasil ini memiliki arti bahwa variasi kinerja
internal auditor dapat dijelaskan 93,6% oleh variabel profesionalisme, etika
profesi, independensi, dan motivasi kerja.
Sedangkan sisanya 6,4% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak
dimasukan ke dalam model.
Pada Tabel 6 diketahui bahwa
nilai ß1 untuk variabel profesionalisme sebesar 0,225 dengan tingkat
signifikansi 0,005 lebih kecil dari 0,05. Hal ini menunjukan bahwa variabel profesionalisme berpengaruh positif dan
signifikan pada kinerja internal auditor pada dealer Yamaha di Kota Denpasar.
Hasil ini memiliki makna bahwa semakin tinggi profesionalisme maka semakin
meningkatnya kinerja internal auditor dalam mengaudit laporan keuangan dan
begitu juga sebaliknya. Hasil penelitian ini juga didukung oleh hasil penelitan
dari Abu Nizarudin (2013) yang menyatakan bahwa adanya profesionalisme pada
auditor akan meningkatkan kinerjanya dalam melakukan audit laporan keuangan.
Pada Tabel 6 diketahui bahwa
nilai ß2 untuk variabel etika profesi sebesar 0,243 dengan tingkat signifikansi
0,012 lebih kecil dari 0,05. Hal ini
menunjukan bahwa variabel etika profesi berpengaruh positif dan signifikan pada
kinerja internal auditor pada dealer Yamaha di Kota Denpasar. Hasil penelitian
ini menunjukan bahwa semakin tinggi etika profesi pada seorang auditor maka
semakin tinggi kinerja audit yang dilakukan auditor dalam mengaudit laporan
keuangan dan begitu juga sebaliknya. Hasil penelitian ini juga didukung oleh
hasil penelitan dari Hery dan Merrina (2007) yang
menyatakan etika profesi dari seorang auditor sangat diperlukan karena dengan
adanya etika profesi maka tidak ada keraguan akan hasil audit yang dihasilkan.
Pada Tabel 6 diketahui bahwa nilai
ß3 untuk variabel independensi sebesar 0,382 dengan tingkat signifikansi 0,000 lebih
kecil dari 0,05. Hal ini menunjukan bahwa variabel independensi berpengaruh
positif dan signifikan pada kinerja internal auditor pada Dealer Yamaha di Kota
Denpasar. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa semakin tinggi independensi
yang dimiliki oleh seorang auditor maka semakin tinggi kinerja audit yang
dilakukan auditor dalam mengaudit laporan keuangan dan begitu juga sebaliknya.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Restu dan Nastia (2013) yang
menyebutkan bahwa independensi seorang auditor sangat dibutuhkan dalam
menjalankan tugasnya serta memiliki pengetahuan dan pengalaman yang memadai
untuk mengurangi salah saji material yang diakibatkan dari kesalahaan dalam
proses audit laporan.
Pada Tabel 6 diketahui bahwa nilai ß4 untuk
variabel motivasi kerja sebesar
0,217 dengan
tingkat signifikansi 0,029 lebih kecil dari 0,05. Hal ini menunjukan bahwa
variabel motivasi kerja berpengaruh positif dan signifikan pada kinerja
internal auditor pada Dealer Yamaha di Kota Denpasar. Hasil penelitian ini
menunjukan bahwa semakin tinggi motivasi kerja seorang auditor maka semakin
tinggi kinerja auditor dalam mengaudit laporan keuangan dan begitu juga
sebaliknya. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Darlisman (2009) yang
menyebutkan bahwa auditor yang memiliki motivasi dalam menjalankan tugasnya
mampu memberikan hasil yang baik dalam menjalankan pekerjaanya. Motivasi kerja
diperlukan dalam kinerja audit untuk memberikan rasa semangat yang akan
mempengaruhi kinerja auditor.
SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil pembahasan,
maka dapat
disimpulkan bahwa
profesionalisme,
etika profesi, independensi, dan motivasi kerja berpengaruh positif pada
kinerja internal auditor pada Dealer Yamaha di Kota Denpasar. Saran yang bisa
diberikan antara lain, bagi Dealer Yamaha di Kota Denpasar sebaiknya
memperhatikan profesionalisme, etika profesi, independensi dari auditor yang
akan mempengaruhi cara kerja auditor dalam melakukan proses audit. Bagi auditor
sendiri, hendaknya selalu meningkatkan motivasi kerja dibidangnya karena akan
mempengaruhi proses kinerjanya. Selain itu, bagi peneliti selanjutnya
disarankan untuk memperluas wilayah penelitian hingga keluar kabupaten dan propinsi
atau mungkin bisa dikembangkan pada perusahaan lainnya sehingga hasil
penelitian dapat digeneralisasikan.
REFERENSI
Abu Nizarudin, 2013. Pengaruh etika, pengalaman audit, dan independensi
terhadap Skeptisisme professional Auditor Badan Pemeriksa Keuangan Republik
Indonesia Perwakilan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Jurnal Akuntansi & Keuangan, 6(1): h: 1-13.s
Asri
Usman, Made Sudarma, Hamid Habbe, and Darwis Said, 2014. Effect of Competence Factor, Independence and Attitude against
Professional Auditor Audit Quality Improve Performance in Inspectorate
(Inspectorate Empirical Study in South Sulawesi Province). Journal of Business and Management, 16
(1): h: 1-13
Danielle E. Warren and Miguel Alzola, 2009. Ensuring Independent Auditors: Increasing the Saliency of the Professional Identity. Journal of
Business and Management, 18 (1): h: 41-56
Darlisman Dalmy, 2009. Pengaruh SDM, Komitmen, Motivasi terhadap Kinerja
Auditor dan Reward Sebagai Variabel moderating pada Inspektorat Provinsi
Jambi. Tesis Universitas Sumatera Utara
Deva Aprianti, 2010. Pengaruh kompetensi, independensi, dan keahlian
profesionalisme terhadap kualitas audit dengan etika auditor sebagai variabel
moderasi. Karya ilmiah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Dian
Agustia, 2011. The influence of auditor’s
professionalism to turnover intentions, an empirical study on accounting firm
in java and Bali, Indonesia. Journal of Economics and Engineering, 2 (1):
h: 13-17
Dian Mayasari, 2011. Pengaruh profesionalisme, independensi, kompetensi,
etika profesi, dan pengetahuan auditor dalam menditeksi kekeliruan terhadap
ketepatan pembelian opini audit oleh auditor. Karya ilmiah UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Febrianty, 2012. Pengaruh
Profesionalisme Auditor terhadap pertimbangan tingkat materialitas Audit Atas
Laporan Keuangan. Jurnal Ekonomi dan Informasi Akuntasi. 2(2): h:159-200.
Fearnley,
S. and Beattie, V. and Brandt, R, 2005. Auditor
independence and audit risk: a reconceptualisation. Journal of International Accounting Research, 4(1): h:39-71
Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi
Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Edisi kc-2. Semarang: Badan
Penerbit Universitas Diponegoro.
Handriyani Dwilita dan Azhar Maksum, 2011. Analisis pengaruh motivasi,
stress, dan rekan kerja terhadap Kinerja Auditor di Kantor Akuntan Publik
(KAP). Jurnal Keuangan dan Bisnis, 3(1): h: 23-36
Hery dan Merrina Agustiny, 2007. Pengaruh pelaksanaan
etika profesi terhadap pengambilan keputusan Akuntan Publik (Auditor). Jurnal Akuntansi dan Manajemen, 18(3):
h:1-97
Husam
Al-Khaddash, Rana Al Nawas, and Abdulhadi Ramadan, 2013. Factors affecting the quality of Auditing: The Case of Jordanian
Commercial Banks. International
Journal of Business and Social Science. 4(11): h: 206-222
Ikatan Akuntan Indonesia. 2001. Standar
Profesional Akuntan Publik. Jakarta: Salemba Empat.
Kamaliah, Ahmad Rifqi, Mitha Elistha, 2009. gaya kepemimpinan, budaya
organisasi, motivasi kerja terhadap kinerja akuntan pemerintah. Jurnal Akuntansi dan Manajemen, 2(1):
h: 01-11
Marion
Hutchinson, 2009. Internal Audit Quality,
Audit Committee Independence, Growth Opportunities and Firm Performance. International Journal of Business and Social
Science, 7(2): h:50-63
Mu’azu
Saidu Badara and Siti Zabedah Saidin, 2013. The
Relationship between Audit Experience and Internal Audit Effectiveness in the
Public Sector Organizations. International Journal of Academic Research in
Accounting, Finance and Management Sciences,
3(3): h: 329-339
Restu Agusti dan
Nastia Putri Pertiwi, 2013. Pengaruh
kompetensi, independensi dan profesionalisme terhadap kualitas audit (Studi
Empiris pada Kantor Akuntan Publik se Sumatera). Jurnal Ekonomi, 21(3): h: 1-13
Riduwan
dan Sunarto. 2007. Pengantar Statistika
Untuk Penelitian Pendidikan, Sosial, Ekonomi, dan Bisnis. Bandung :
Alfabeta.
Shab
Hundal, 2013. Independence, Expertise and
Experience of Audit
Committees:
Some Aspects of Indian Corporate Sector.
American
International Journal of Social Science, 2(5):
h: 58-75
Satyo. 2005. Mendorong Good
Governance dengan Mengembangkan Etika di KAP. Media Akuntansi. Fdisi Oktober: 39-42.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar