Jumat, 21 April 2017

Contoh Jurnal

                                                                                                       ISSN: 2302-8556
E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana 10.3 (2015): 797-809




PENGARUH PROFESIONALISME, ETIKA PROFESI,
INDEPENDENSI, DAN MOTIVASI KERJA  PADA KINERJA INTERNAL AUDITOR

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh profesionalisme, etika profesi, independensi, dan motivasi kerja pada kinerja internal auditor pada Dealer Yamaha di Kota Denpasar.  Penelitian ini dilakukan  karena adanya perbedaan kepentingan kepemilikan dan manajemen perusahaan, maka  dari itu kinerja internal auditor perlu diperhatikan untuk memeriksa dan mendeteksi kemungkinan dan resiko yang terjadi dengan melakukan audit secara berkala dan mengungkap tiap temuan yang ada. Penelitian ini dilakukan di seluruh dealer Yamaha di kota Denpasar yang terdapat pada wilayah kota Denpasar meliputi Denpasar Utara, Denpasar Timur, Denpasar Barat dan Denpasar Selatan tahun 2014 dengan menjadikan internal auditor sebanyak 36 orang sebagai sampel. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner. Penelitian ini menggunakan teknik analisis regresi linear berganda. Dari hasil analisis, d.iketahui bahwa profesionalisme, etika profesi, independensi dan motivasi kerja berpengaruh positif pada kinerja auditor pada dealer Yamaha di kota Denpasar. Variabel profesionalisme, etika profesi, independensi dan motivasi kerja berkontribusi sebanyak 93,6 persen pada kinerja internal auditor.
Kata kunci: Profesionalisme, etika profesi, independensi, motivasi kerja dan kinerja internal auditor

PENDAHULUAN

Pada era globalisasi saat ini banyak sekali terjadi kasus-kasus hukum yang melibatkan manipulasi akuntansi. Profesi auditor telah menjadi sorotan masyarakat dalam beberapa tahun terakhir (Abu, 2013). Sa.at aud.itor men.jalankan profesi.nya, audit.or ak.an diat.ur se.suai kod.e etik.nya yang dikena.l denga.n K.ode Et.ik Aku.ntan. Dian (2011) men. yatakan bah.wa m.asyarakat m.ampu meni.lai au.ditor yan.g te.lah bek.erja se.suai de.ngan st.andar-s.tandar e.tika yan.g te.lah di.tetapkan o.leh p.rofesinya mel.alui ko.de e.tik.
Deva Aprianti (2010) menyatakan negara yang banyak terdapat perusahaan berbentuk perseroan terbatas yang sifatnya terbuka, profesi auditor semakin dibutuhkan karena sangat besar kemungkinan manajemen perusahaan terpisah dengan pemilikan perusahaan. Pemilik perusahaan hanya sebagai penanam modal, untuk itu jasa dari para auditor yang bekerja di suatu perusahaan sangatlah dibutuhkan guna menilai apakah laporan keuangan suatu perusahaan sudah di sajikan secara wajar dan dapat dipertanggung jawabkan (Danielle and Miguel, 2009)
Menjaga kepercayaan menjadi kewajiban auditor dihadapan klien maupun pihak ketiga dengan senantiasa meningkatkan keahlian profesionalnya (Mu’azu and Siti, 2013). Seiring dengan meningkatnya kompetisi dan perubahan global, profesi auditor pada saat ini dan masa mendatang bersiap untuk menghadapi tantangan yang semakin berat (Asri et al., 2014). 
             Kinerja    auditor     merupakan     kem.ampuan     seo.rang     audit.or     dal.am
mengha.silkan te.muan dar.i k.egiatan pemeriksaan (Nasrullah et al, .2013).  Husam et al, (2013) menyatakan untu.k menunjang keberhasilan dalam menjalankan tugas dan fungsinya dengan baik, sangatlah diperlukan kinerja auditor yang baik dan berkualitas. Kinerja kerap digunakan untuk menunjukan prestasi individu maupun kelompok individu (Marion, 2009).
Shab (2013) menemukan bahwa profesional dan etika profesi berpengaruh terhadap kinerja auditor. Dian (2011) menyatakan tingkat materialitas dipengaruhi oleh tingkat pendidikan dan motivasi kerja, secara tidak langsung tingkat materialitas merupakan proksi dan kinerja auditor. Motivasi kerja merupakan sistem nilai yang diyakini oleh anggota organisasi untuk mencapai tujuan organisasi. Motivasi kerja berkaitan dengan sikap atau perilaku seseorang yang dalam hal ini adalah para auditor, dan bisa dikatakan bahwa segi sumber daya manusia berpengaruh terhadap kinerja auditor (Deva, 2010).
Profesionalisme yang meliputi kemampuan penguasaan baik secara teknis, maupun secara teoritis bidang keilmuan dan ketrampilan yang berhubungan dengan tugasnya, sebagai pemeriksa (Asri et al., 2014). Adanya keahlian dan kemampuan dalam melaksanakan pemeriksaan akan dapat mengetahui kekeliruan serta penyimpangan yang merupakan salah satu bagian kompetensi seorang auditor (Febrianty, 2012).
Deva (2010) menyatakan profesionalisme menjadi syarat utama bagi seseorang yang menjadi auditor internal, sebab dengan profesionalisme yang tinggi, kebebasan auditor akan semakin terjamin. Usaha-usaha yang dilakukan untuk mendukung profesionalisme auditor yaitu dengan disusun dan disahkannya
Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia merupakan suatu aturan yang mengikat secara moral atau norma perilaku yang mengatur hubungan antara akuntan dengan paraklien, akuntan dengan sejawatnya dan antara profesi auditor dengan masyarakat (Abu, 2013).
Auditor yang menegakkan independensinya, tidak akan terpengaruh dan tidak dipengaruhi oleh berbagai kekuatan yang berasal dari luar diri auditor dalam mempertimbangkan fakta yang dijumpainya dalam pemeriksaan. Satyo (2005: 17) menyatakan dal.am menjalank.an profesi.nya seor.ang audit.or ha.rus memerhat.ikan
d.an mema.tuhi atu.ran eti.ka profes.i.
Handriyani dan Azhar (2011) menyatakan motivasi adalah kekuatan yang mendorong sesorang pegawai yang menimbulkan dan menggerakan perilaku. Motivasi adalah faktor pentin.g dalam melaksanakan suatu pekerjaan. Perbed .aan motivasi membuat setiap orang berperilaku dan bereaksi -berbeda pada suatu jenis pekerjaan. Disamping itu tinggi rendahnya motivasi seseorang juga berpengaruh pada kinerja. Motivasi merupakan suatu pembentukan perilaku yang ditandai bentuk-bentuk aktivitas atau kegiatan melalui proses psikologis, baik yang dipengaruhi oleh faktor intrinsik maupun ekstrinsik yang dapat mengarahkannya dalam mencapai apa yang diinginkannya yaitu tujuan (Kamaliah et al., 2009:143). Motiva.si a.kan membu.at seseora.ng u.ntuk beke.rja semak.simal mun.gkin. Oleh karena itu, motivasi kerja juga merupakan faktor penting dalam memprediksi dan menilai kinerja auditor (Sulton, 2010).
Kota Denpasar dipilih sebagai lokasi penelitian, mengingat dengan banyaknya penduduk kota Denpasar berdampak pula pada perkembangan dunia otomotif khususnya kendaraan roda dua sekarang ini mengalami kemajuan yang cukup pesat seiring tingginya tingkat kebutuhan masyarakat akan keperluan transportasi yang menimbulkan persaingan yang semakin ketat antara perusahaan yang satu dengan yang lainnya
Dealer Yamaha adalah suatu perusahaan yang berperan sebagai perusahaan dagang sepeda motor resmi Yamaha yang menangani penjualan sepeda motor, suku cadang, serta melayani jasa servis. Penelitian ini dilakukan  karena adanya perbedaan kepentingan kepemilikan dan manajemen perusahaan, maka  dari itu kinerja internal auditor perlu diperhatikan. Pada Dealer  Yamaha, sistem penjualan sepeda motor dan suku cadang pada perusahaan tersebut sudah terkomputerisasi, namun pada setiap bagian operasional masih melibatkan beberapa jumlah staf dan belum dapat menghasilkan laporan penjualan dan laporan servis secara cepat dan tepat. Maka Internal audit digunakan untuk memeriksa dan mendeteksi kemungkinan dan risiko yang terjadi, dengan melakukan audit secara berkala, mengumpulkan bukti-bukti secara akurat, serta mereview hasil audit dan melakukan penilaian.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan pada seluruh dealer Yamaha di kota Denpasar yang terdapat pada wilayah kota Denpasar tahun 2014. Se.luruh internal auditor ya.ng ad.a p.ada de.aler Ya.maha di kota Denpasar ak.an menjad.i popula.si d.alam p.enelitian in.i. Responden pada penelitian ini diambil dari keseluruhan populasi sebanyak 36 internal auditor Dealer Yamaha Di Kota Denpasar menggunakan metode sensus (Riduwan dan Sunarto, 2007:17). Daftar nama dealer dan jumlah masing-masing auditor internal bisa dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1.
Daftar Nama Dealer Yamaha dan Jumlah Internal Auditor
No
Nama Dealer
Alamat Dealer
Jumlah
Auditor
(Orang)
1.
SENTRAL YAMAHA
Jl. Teuku Umar 142
3
2.
UD. BISMA
Jl. Hasanudin 74
2
3.
BISMA MOTOR
Jl. Imam Bonjol No. 551 C-D
2
4.
BISMA MANDIRI
Jl. Marlboro/ Jl. Teuku Umar Barat 100X
3
5.
UD. WAJA UTAMA AGUNG MOTOR
Jl. Gunung Agung 104/ 124
2
6.
MATARAM SAKTI / FSS
Jl. Diponegoro No. 57
2
7.
PT.KINTAMANI SEJAHTERA
Jl. Hangtuah No. 88 – Sanur
2
8.
UD. PANGESTU MOTOR
Jl. Sesetan 58-60
1
9.
AGUNG MOTOR CENTER
Jl. Cokroaminoto 18
3
10.
PT BINTANG MUDA MANDIRI
Jl. Cokroaminoto 78
2
11
TRI TUNGGAL SEJAHTERA
Jl. Gatot Subroto 21 X
2
12
WAJA MOTOR
Jl. Ahmad yani 259
3
13
KINTAMANI MOTOR
Jl. Kartini 35
2
14
UD. NIAGA MOTOR
Jl. Patimura 8
1
15
WAJA MOTOR DENPASAR
Jl. Hayam Wuruk 72C
2
16
BISMA WR SUPRATMAN
Jl. WR. Supratman 76
2
17
BALI MANDIRI MOTOR
Jl. Gatot Subroto Timur No. 32
2

Jumlah
36
Sumber: Data Primer Diolah, 2014
Data dal.am peneliti.an ini dikum.pulkan d.engan mengguna.kan kuesion.er. Kuesioner dalam penelitian ini menggunakan skala Likert 4, hal ini dilakukan untuk menghindari bias jawaban apabila menggunakan skala Likert 5 yang akan memungkinkan responden untuk selalu memilih jawaban netral (Moeljono, 2002 dalam Antari , 2006).
Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regesi linear berganda. Sebelum dilakukan uji regresi linear berganda, terlebih dahulu dilakukan uji instrumen untuk kuesioner yang digunakan. Uji instrumen tersebut adalah uji validitas dan reliabilitas. Setelah dilakukannya uji instrumen, maka dilanjutkan ke transformasi data menjadi data interval dan uji asumsi klasik (uji normalitas, multikolinearitas, dan heteroskedastisitas).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil pengembalian dan kuesioner yang layak digunakan pada penelitian ini bisa dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2.
Rincian Pengembalian Kuesioner
Keterangan
Jumlah Kuesioner
Kuesioner yang dise .bar
36
Kuesioner yang tidak dikembalikan
0
Kuesioner yang dikembalikan
36
Kuesioner yang tidak masuk kriteria
0
Kuesioner yang digunakan
36
Tingkat pengembalian yang digunakan
36/36 x 100% = 100%
Sumber: Data Primer Diolah, 2014 Hasil uji validitas dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3.
Uji Validitas
Variabel
Instrumen
Pearson Correlation
Kinerja Internal Auditor
Y1 - Y5
0,820 - 0,927
Profesionalisme
X1.1 - X1.6
0,781 - 0,890
Etika Profesi
X2.1 - X2.4
0,787 - 0,927
Independensi
X3.1 - X3.4
0,805 - 0,909
Motivasi Kerja
X4.1 - X4.4
0,792 - 0,912
Syarat Valid

> 0,30
Sumber: Data Primer Diolah, 2014
Dari Tabel 3 terlih.at se.luruh in.strumen te.lah me.menuhi sy.arat va.lid ya.itu ni.lai Pe.arson Co.rellation leb.ih b.esar d.ari 0,30 (Sugiyono, 2009: 178).
Hasil uji reliabilitas dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4.
Uji Reliabilitas
Variabel
Cronbach's Alpha
Kinerja Internal Auditor
0,921
Profesionalisme
0,919
Etika Profesi
0,873
Independensi
0,894
Motivasi Kerja
0,872
Syarat Reliabel
> 0,60
Sumber: Data Primer Diolah, 2014
Dari Tabel 4 selur.uh va.riabel te.lah mem.enuhi sy.arat lo.los uj.i re.liabilitas ya.itu le.bih be.sar dari 0,60. Hal ini menunjukan bahwa seluruh instrumen telah reliabel dan dapat memberikan hasil yang konsisten (Ghozali, 2007: 42).
Hasil uji asumsi klasik dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5.
Uji Asumsi Klasik
Variabel
Uji Normalitas
Uji Multikolinearitas
Tollerance                      VIF
Uji
Heteroskedastisitas
Profesionalisme
Etika Profesi
Independensi
0,823
0,323 0,22
0,285
3,1
4,546
3,514
0,377
0,971
0,659
Motivasi Kerja

0,204
4,895
0,671
Syarat Lolos Uji
> 0,05
> 0,1
< 10
> 0,05
Sumber: Data Primer Diolah, 2014
Dari Tabel 5 dapat dilihat bahwa seluruh uji asumsi klasik telah memenuhi persyaratan lolos uji. Hal ini berarti bahwa data penelitian ini telah berdistribusi normal, bebas dari gejala multikolinearitas, dan bebas dari heteroskedastisitas.
Hasil regresi linear berganda bisa dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6.
Regresi Linear Berganda
Variabel
Beta
Sig.
 


Profesionalisme
0,225
0,005
Constant
:
1,020
Etika Profesi
0,243
0,012
Sig. F
:
0,000
Independensi
0,382
0,000
Adjusted R Square
:
0,936
Motivasi Kerja
0,217
0,029
 
 
 
Sumber: Data Primer Diolah, 2014
Pada Tabel 6 dapat dilihat bahwa hasil signifikansi uji F memiliki nilai 0,000. Nilai ini lebih kecil dari 0,05 sehingga hasil ini menunjukan bahwa variabel profesionalisme, etika profesi, independensi, dan motivasi kerja dapat memprediksi atau menjelaskan fenomena kinerja internal auditor. Nilai Adjusted R2 pada Tabel 6 adalah 0,936, hasil ini memiliki arti bahwa variasi kinerja internal auditor dapat dijelaskan 93,6% oleh variabel profesionalisme, etika profesi, independensi, dan motivasi kerja.  Sedangkan sisanya 6,4% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dimasukan ke dalam model.
Pada Tabel 6 diketahui bahwa nilai ß1 untuk variabel profesionalisme sebesar 0,225 dengan tingkat signifikansi 0,005 lebih kecil dari 0,05. Hal ini menunjukan bahwa variabel  profesionalisme berpengaruh positif dan signifikan pada kinerja internal auditor pada dealer Yamaha di Kota Denpasar. Hasil ini memiliki makna bahwa semakin tinggi profesionalisme maka semakin meningkatnya kinerja internal auditor dalam mengaudit laporan keuangan dan begitu juga sebaliknya. Hasil penelitian ini juga didukung oleh hasil penelitan dari Abu Nizarudin (2013) yang menyatakan bahwa adanya profesionalisme pada auditor akan meningkatkan kinerjanya dalam melakukan audit laporan keuangan.
Pada Tabel 6 diketahui bahwa nilai ß2 untuk variabel etika profesi  sebesar 0,243 dengan tingkat signifikansi 0,012 lebih kecil dari 0,05.  Hal ini menunjukan bahwa variabel etika profesi berpengaruh positif dan signifikan pada kinerja internal auditor pada dealer Yamaha di Kota Denpasar. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa semakin tinggi etika profesi pada seorang auditor maka semakin tinggi kinerja audit yang dilakukan auditor dalam mengaudit laporan keuangan dan begitu juga sebaliknya. Hasil penelitian ini juga didukung oleh hasil penelitan dari Hery dan Merrina (2007) yang menyatakan etika profesi dari seorang auditor sangat diperlukan karena dengan adanya etika profesi maka tidak ada keraguan akan hasil audit yang dihasilkan.
Pada Tabel 6 diketahui bahwa nilai ß3 untuk variabel independensi sebesar  0,382 dengan tingkat signifikansi 0,000 lebih kecil dari 0,05. Hal ini menunjukan bahwa variabel independensi berpengaruh positif dan signifikan pada kinerja internal auditor pada Dealer Yamaha di Kota Denpasar. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa semakin tinggi independensi yang dimiliki oleh seorang auditor maka semakin tinggi kinerja audit yang dilakukan auditor dalam mengaudit laporan keuangan dan begitu juga sebaliknya. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Restu dan Nastia (2013) yang menyebutkan bahwa independensi seorang auditor sangat dibutuhkan dalam menjalankan tugasnya serta memiliki pengetahuan dan pengalaman yang memadai untuk mengurangi salah saji material yang diakibatkan dari kesalahaan dalam proses audit laporan.
Pada Tabel 6 diketahui bahwa nilai ß4 untuk variabel motivasi kerja sebesar
0,217 dengan tingkat signifikansi 0,029 lebih kecil dari 0,05. Hal ini menunjukan bahwa variabel motivasi kerja berpengaruh positif dan signifikan pada kinerja internal auditor pada Dealer Yamaha di Kota Denpasar. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa semakin tinggi motivasi kerja seorang auditor maka semakin tinggi kinerja auditor dalam mengaudit laporan keuangan dan begitu juga sebaliknya. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Darlisman (2009) yang menyebutkan bahwa auditor yang memiliki motivasi dalam menjalankan tugasnya mampu memberikan hasil yang baik dalam menjalankan pekerjaanya. Motivasi kerja diperlukan dalam kinerja audit untuk memberikan rasa semangat yang akan mempengaruhi kinerja auditor.

SIMPULAN DAN SARAN

             Berdasarkan     hasil    pembahasan,     maka    dapat     disimpulkan    bahwa
profesionalisme, etika profesi, independensi, dan motivasi kerja berpengaruh positif pada kinerja internal auditor pada Dealer Yamaha di Kota Denpasar. Saran yang bisa diberikan antara lain, bagi Dealer Yamaha di Kota Denpasar sebaiknya memperhatikan profesionalisme, etika profesi, independensi dari auditor yang akan mempengaruhi cara kerja auditor dalam melakukan proses audit. Bagi auditor sendiri, hendaknya selalu meningkatkan motivasi kerja dibidangnya karena akan mempengaruhi proses kinerjanya. Selain itu, bagi peneliti selanjutnya disarankan untuk memperluas wilayah penelitian hingga keluar kabupaten dan propinsi atau mungkin bisa dikembangkan pada perusahaan lainnya sehingga hasil penelitian dapat digeneralisasikan.




REFERENSI

Abu Nizarudin, 2013. Pengaruh etika, pengalaman audit, dan independensi terhadap Skeptisisme professional Auditor Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia Perwakilan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Jurnal Akuntansi & Keuangan, 6(1): h: 1-13.s

Asri Usman, Made Sudarma, Hamid Habbe, and Darwis Said, 2014. Effect of Competence Factor, Independence and Attitude against Professional Auditor Audit Quality Improve Performance in Inspectorate (Inspectorate Empirical Study in South Sulawesi Province). Journal of Business and Management, 16 (1): h: 1-13

Danielle E. Warren and Miguel Alzola, 2009. Ensuring Independent Auditors: Increasing the Saliency of the Professional Identity. Journal of Business and Management, 18 (1): h: 41-56

Darlisman Dalmy, 2009. Pengaruh SDM, Komitmen, Motivasi terhadap Kinerja Auditor dan Reward Sebagai Variabel moderating pada Inspektorat Provinsi Jambi. Tesis Universitas Sumatera Utara

Deva Aprianti, 2010. Pengaruh kompetensi, independensi, dan keahlian profesionalisme terhadap kualitas audit dengan etika auditor sebagai variabel moderasi. Karya ilmiah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Dian Agustia, 2011. The influence of auditor’s professionalism to turnover intentions, an empirical study on accounting firm in java and Bali, Indonesia. Journal of Economics and Engineering, 2 (1): h: 13-17

Dian Mayasari, 2011. Pengaruh profesionalisme, independensi, kompetensi, etika profesi, dan pengetahuan auditor dalam menditeksi kekeliruan terhadap ketepatan pembelian opini audit oleh auditor. Karya ilmiah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Febrianty, 2012. Pengaruh Profesionalisme Auditor terhadap pertimbangan tingkat materialitas Audit Atas Laporan Keuangan. Jurnal Ekonomi dan Informasi Akuntasi. 2(2): h:159-200.

Fearnley, S. and Beattie, V. and Brandt, R, 2005. Auditor independence and audit risk: a reconceptualisation. Journal of International Accounting Research, 4(1): h:39-71

Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Edisi kc-2. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Handriyani Dwilita dan Azhar Maksum, 2011. Analisis pengaruh motivasi, stress, dan rekan kerja terhadap Kinerja Auditor di Kantor Akuntan Publik (KAP). Jurnal Keuangan dan Bisnis, 3(1): h: 23-36

Hery dan Merrina Agustiny, 2007. Pengaruh pelaksanaan etika profesi terhadap pengambilan keputusan Akuntan Publik (Auditor). Jurnal Akuntansi dan Manajemen, 18(3): h:1-97

Husam Al-Khaddash, Rana Al Nawas, and Abdulhadi Ramadan, 2013. Factors affecting the quality of Auditing: The Case of Jordanian Commercial Banks. International Journal of Business and Social Science. 4(11): h: 206-222

Ikatan Akuntan Indonesia. 2001. Standar Profesional Akuntan Publik. Jakarta: Salemba Empat.

Kamaliah, Ahmad Rifqi, Mitha Elistha, 2009. gaya kepemimpinan, budaya organisasi, motivasi kerja terhadap kinerja akuntan pemerintah. Jurnal Akuntansi dan Manajemen, 2(1): h: 01-11

Marion Hutchinson, 2009. Internal Audit Quality, Audit Committee Independence, Growth Opportunities and Firm Performance. International Journal of Business and Social Science, 7(2): h:50-63

Mu’azu Saidu Badara and Siti Zabedah Saidin, 2013. The Relationship between Audit Experience and Internal Audit Effectiveness in the Public Sector Organizations. International Journal of Academic Research in
Accounting, Finance and Management Sciences, 3(3): h: 329-339

Restu Agusti dan Nastia Putri Pertiwi, 2013. Pengaruh kompetensi, independensi dan profesionalisme terhadap kualitas audit (Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik se Sumatera). Jurnal Ekonomi, 21(3): h: 1-13
Riduwan dan Sunarto. 2007. Pengantar Statistika Untuk Penelitian Pendidikan, Sosial, Ekonomi, dan Bisnis. Bandung : Alfabeta.

Shab Hundal, 2013. Independence, Expertise and Experience of Audit
Committees: Some Aspects of Indian Corporate Sector. American
International Journal of Social Science, 2(5): h: 58-75

Satyo. 2005. Mendorong Good Governance dengan Mengembangkan Etika di KAP. Media Akuntansi. Fdisi Oktober: 39-42.

Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: CV. Alfabeta.